Minggu, 04 Oktober 2009

Ingin Kaya? Belajarlah Memberi

Hari ini aku membaca sebuah artikel bagus yang di tulis kitty tsukino di milis yang aku ikuti, dari tulisan ini emang bener loh bahwa jika kita ingin mendapatkan kita harus terlebih dahulu memberi. Memberilah tanpa mengharapkan imbalan dan yang kamu dapatkan malah hal-hal yang tidak di sangka-sangka.

Silakan membaca artikel ini :

Ingin kaya? Belajarlah Memberi!

Vitachan - Shizuoka

Kemarin sore tiba2 saya diberi kejutan kecil. Orang tua asuh saya membawa beras satu bungkus isi 10 kg dan memberikannya pada saya, tepat ketika saya hendak membeli beras karena persediaan dirumah saya habis. Hehe.. rejeki nonplok, pikir saya.

Karena sangat senang, saya kirim sms pada kakak perempuan di Indonesia dan menceritakan kejadian ini. "Kok PAS, ya?, pas butuh pas ada." Tulis saya pada kakak saya. Kakak saya lalu bercerita, tadi pagi ibu saya memanggil tukang becak tua yg lewat didepan rumah kami, dan memberinya makan satu piring nasi. Kakak saya heran, dalam rangka apa ibu saya tiba2 memberi makan tukang becak itu. Kata ibu saya, "Biar anak mami yg jauh ga kekurangan makan." Kakak saya bilang, mungkin maksud ibu itu adalah saya yg tinggal jauh di negeri orang. Kontan, sorenya saya dapet beras 10kg.

Waduh?balasannya kok ga sebanding yah, sepiring nasi dengan 10 kg beras. Hehe..lumayan.


Kejadian ini mengingatkan saya pada kejadian 20 tahun lalu. Suatu hari dipermulaan musim kemarau ketika saya masih duduk di kelas 3 atau 4 Sekolah Dasar di Bandung, ada penggalian tanah disepanjang jalan depan rumah orang tua saya untuk pemasangan kabel telpon. Semua tukang gali jumlahnya kira2 20 orang. Pekerjaan memakan waktu kurang lebih 10 hari.

Pekerjaan ini menarik perhatian saya, terutama kabel2 ukuran besar yg nantinya akan ditanam dalam galian itu. Hari pertama penggalian dimulai, matahari bersinar sangat terik. Para pekerja yg kelelahan berhenti sejenak dari pekerjaannya sambil beberapa kali mengusap keringat diwajahnya. Mereka terlihat kehausan karena bekal air yg mereka bawa telah habis. Ibu saya yang melihat ini tanpa banyak bicara membawa teko air besar dan menawarkan minuman teh dingin pada mereka. Spontan mereka menerima dan meminum teh buatan ibu saya dgn gembiranya. Karena mereka jumlahnya byk , ibu saya sampai 3 kali mengisi teko itu.


Ternyata hari2 berikutnya pun ibu saya tidak berhenti menyediakan teko air didepan rumah untuk para tukang gali itu. Bahkan bisa sampai 5 kali dalam sehari ibu bolak balik mengisi teko besar itu dengan air teh. Jika ada makanan ringan seperti pisang rebus, atau kue2 kecil lainnya, ibu saya jg menyuguhkannya.

Saya pernah bertanya, "Kenapa ibu saja yg memberi air minum pada mereka? Tetangga2 lainnya pun tidak".
Ibu saya hanya menjawab singkat, "Kasihan", katanya. Sampai ketika pekerjaan galian itu selesai, salah seorang tukang gali berkata "Terimakasih Bu, mulai hari ini tidak usah sediakan air lagi, kami akan pindah ke tempat lain," katanya sambil pamit pada ibu saya.

Hari2 berlalu sampai tiba pada pertengahan musim kemarau. Musim kemarau pada tahun itu katanya adalah musim kemarau panjang dan sangat panas dibanding tahun2 sebelumnya.
Tidak seperti air di sumur2 tetangga di komplek rumah kami yang mengering, air sumur kami justru melimpah ruah. Ini ajaib. Padahal tetangga kiri kanan rumah ibu saya memasang JET PUMP yg besar, sedangkan kami hanya memakai pompa SANYO berkekuatan kecil. Logikanya air tanah dirumah kami akan tersedot oleh tetangga kami itu. Tapi kenyataannya adalah ibu saya membagi2kan air pada tetangga sebelah menggunakan selang panjang melewati tembok penghalang rumah.


Semua tetangga di kompleks kami membeli air dengan jirigen2 besar untuk keperluan mandi dan mencuci setiap harinya. Hanya keluarga kami yang t id ak kekurangan air
sedikitpun melewati musim kering yg panjang dan panas pada saat itu. Ketika saya bertanya pada ibu, "Kenapa air sumur di rumah kita tidak kering", ibu saya menggelengkan kepala, sambil berkata lirih, "Apa mungkin ini imbalan dari Tuhan karena memberi minum tukang2 gali yg kehausan itu kemarin dulu?." Tidak ada seorang pun diantara kami yg tahu..


Sama seperti seorang guru, semakin banyak mengajar, semakin pintarlah Ia. Maka praktek memberi yg diajarkan ibu saya juga berlawanan dengan rumus matematika yg diajarkan disekolah. Satu dikurang satu dimana2 ya sama dengan Nol. Tapi ibu saya ajaib, satu dikurang satu bisa jadi dua, bisa juga tiga, atau bahkan sepuluh. Weleh, weleh?

Let's
Practice

IL'Y A QU'UNE SEULE LA VERITE

IL'Y A QU'UNE SEULE LA VERITE

Tidak ada komentar: